KETUM PITI
Dr.Ipong Hembing Putra
JANGAN SERAHKAN MASA DEPAN KEPADA ASING, INDONESIA HARUS BELAJAR DARI KETEGASAN
PANGLIMA CHENG HO (ZHENG HE)
Oleh : Dr. IPONG HEMBING PUTRA
Ketua Umum Persaudaraan Islam Tionghoa Indonesia, Sekaligus
Panglima Cheng Ho (Zheng He) Indonesia
Pengantar.
Panglima Cheng Ho (Zheng He): Harga Diri Asia dan Pelajaran untuk Indonesia
Dalam diskursus geopolitik modern, banyak bangsa kita lupa bahwa Asia pernah mengangkat tokoh-tokoh besar yang berdiri dengan keberanian dan martabat luar biasa. Salah satunya adalah
Panglima Cheng Ho (Zheng He)
— atau dalam lidah kita,
Panglima Cheng Ho (Zheng He). Ia bukan hanya figur Tiongkok, tetapi simbol kekuatan Asia yang mampu menantang kolonialisme dengan kepala tegak.
Sebagai
Panglima Cheng Ho (Zheng He) Indonesia, saya melihat bahwa spirit perjuangan beliau masih sangat relevan. Tidak ada bangsa yang bangkit tanpa keberanian, tanpa identitas, dan tanpa kesadaran sejarah. Inilah yang perlahan memudar dari kesadaran kolektif kita.
Panglima Cheng Ho (Zheng He) Mengajarkan Harga Diri – Bukan Kebencian
Panglima Cheng Ho (Zheng He) tidak memerangi Belanda hanya karena perbedaan budaya. Ia melawan karena harga diri bangsanya diinjak. Karena wilayah Asia diperlakukan sebagai ladang kolonialisme. Karena manusia Asia dianggap tidak setara.
Di sinilah titik pentingnya :
Perlawanan
Panglima Cheng Ho (Zheng He) adalah perlawanan bermartabat — bukan sentimen rasial.
Sebagai Ketua Umum Persaudaraan Islam Tionghoa Indonesia, saya selalu menegaskan bahwa persaudaraan sejati dibangun bukan atas dasar kesamaan ras, tetapi kesamaan nilai martabat manusia. Inilah yang diperjuangkan
Panglima Cheng Ho (Zheng He): hak untuk dihormati, hak untuk berdiri di tanah sendiri, dan hak untuk menentukan masa depan sendiri.
Belajar dari Laut : Pemimpin Harus Berani Mengambil Risiko
Panglima Cheng Ho (Zheng He)
adalah anak laut, dan laut mengajarkan dua hal: ketegasan dan adaptasi. Dalam konteks Indonesia hari ini, banyak pemimpin yang ingin dihormati tetapi takut mengambil risiko. Banyak pejabat ingin disebut “pembaharu” tapi tak berani menyentuh akar masalah.
Panglima Cheng Ho (Zheng He)
justru sebaliknya.
Ia tidak menunggu keadaan ideal — ia menciptakan keadaan.
Ia berangkat dengan armada besar menantang VOC di Taiwan bukan karena yakin mudah menang, tetapi karena tahu bahwa masa depan bangsanya tidak boleh ditentukan musuh.
Relevansi
Panglima Cheng Ho (Zheng He) bagi Indonesia
Indonesia hari ini membutuhkan pemimpin tipe
Panglima Cheng Ho (Zheng He):
– Pemimpin yang memahami sejarah, bukan sekadar menghafalnya.
– Pemimpin yang berani berlayar ketika badai datang, bukan bersembunyi di pelabuhan.
– Pemimpin yang tidak menjadi kaki tangan kepentingan asing, tapi membela tanah air tanpa kompromi.
– Pemimpin yang memikirkan generasi, bukan popularitas sesaat.
Bangsa yang besar bukan bangsa yang jumlah penduduknya banyak, tapi bangsa yang tidak menyerahkan masa depannya kepada orang lain.
Indonesia Harus Menjadi “Pemilik Laut”, Bukan Penonton Laut
Panglima Cheng Ho (Zheng He) membuktikan bahwa laut bukan pemisah, tapi perekat kekuatan bangsa. Namun apa yang terjadi hari ini?
Indonesia negara kepulauan, tetapi mental maritimnya sering hilang dalam hiruk pikuk politik daratan. Kita masih sibuk berkonflik di media sosial, sementara sumber daya laut kita diambil negara lain tanpa rasa malu.
Saya tulis opini ini agar bangsa Indonesia bercermin :
Jika Panglima
pada abad ke-17 mampu mengusir kolonialisasi Eropa dari Asia Timur, mengapa bangsa sebesar Indonesia justru ragu menjaga kedaulatannya sendiri di abad ke-21?
Membangun Indonesia dengan Spirit Asia
Panglima Cheng Ho (Zheng He) telah wafat lebih dari tiga abad lalu, namun nilai-nilainya tidak mati. Ia menjadi teladan bagi bangsa yang ingin berdiri tegak di tengah tekanan global. Sebagai
Panglima Cheng Ho (Zheng He)
Indonesia, saya percaya bahwa Indonesia akan tumbuh menjadi kekuatan Asia bila kita kembali kepada karakter dasar :
– Berani
– Berdaulat
– Bermartabat
Dan yang terpenting :
Tidak menyerahkan nasib bangsa kepada tangan asing.
Sejarah Panglima Cheng Ho (Zheng He) bukan sekadar kisah Tiongkok, tetapi pesan bagi seluruh Asia, terutama Indonesia.
Bangsa yang berani melawan ketidakadilan adalah bangsa yang akan ditulis namanya dalam sejarah.